Minggu, 08 November 2009

IBUKU TERAMAT TANGGUH!!!




Pernah ketika suatu sore, tangan ibu berdarah. "terkena silet," terangnya. Setelah ibu mau memulai menjahit tas saya yang robek, ketika itu ibu mungkin tergesa gesa untuk merapihkan sebagian sisi tas saya sebelum di jaitnya karena saya sudah ingin pulang ke bandung sore itu. wanita yang kasihnya tak terbilang nilai itu mengakhirinya dengan sedikit ringisan, "Tidak apa, cuma luka kecil kok," tenang ibu.

ketika bapa sakit pun ibu senantiasa pulang pergi serang – ciruas untuk sekedar menghibur bapa agar tidak kesepian dan sedih karena kondisi kaki bapa yang patah akibat kecelakaan motor. saat pagi ibu dirumah mengurusi keperluan dede, dan keperluan bapa yang akan dibawa ke rumah sakit. Ibu menyiapkan sarapan,nyuci baju dan tak lupa menyiapkan makan siang untuk dede yang masih duduk dibangku kelas 5 sekolah dasar. menjelang magrib beliau kembali pulang kerumah untuk mengajar dede belajar. Dan mengurusi hal lainnya yang biasa bapa kerjakan dirumah maupun pekerjaan kantor bapa yang mesti di selesaikan. Tidak terasa begitulah ibu setiap harinya ketika bapa sakit. Beliaulah yang menjadi kepala rumah tangga sekaligus ibu bagi anak anaknya ini.
Subhanallah Allah maha besar… inikah satu tanda pemuliaan itu?


Sempat saya bertanya dalam hati, lelahkah ia?

Biasanya ketika saya pulang liburan ke serang, saya dan dede berebut untuk menjadi tukang pijat ibu, atau sekedar bercanda dengan beliau. Sungguh kebahagiaan luar biasa bagi saya ketika melihat wajah wanita yang ikhlas itu berseri bergembira bersama kami berdua. Seolah tidak ada beban yang beliau pikul.
Sampai detik ini saya masih teringat jelas tetesan air mata beliau ketika beliau melepas kepergian saya untuk kuliah di bandung agustus 2008 silam. Air mata penuh doa dan harapan bagi anak sulungnya yang tengah berjuang untuk cita citanya. beliau merawat saya hingga dewasa ini, seakan tiada istirahatnya.

pernah ketika tengah malam saya terbangun, saya melihat ibu masih duduk bersimpuh di sajadahnya. Ia menangis sambil menyebut nama kami satu persatu agar Allah membimbing dan menjaga kami hingga menjadi orang yang senantiasa membuat ibu tersenyum bangga pernah melahirkannya. Saya terharu sekejap untuk kemudian terlelap kembali dan hingga menjelang subuh ia membangunkan saya untuk menunaikan shalat shubuh.

Selepas shubuh, wanita yang ketulusannya hanya mampu dibalas oleh Allah itu meneruskan pekerjaanya sebagai ibu rumah tangga, Satu tanyaku kala itu, kapan ia terlelap?

Pagi hari di sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, ia juga harus menyiapkan pakaian dede untuk ke sekolah. Sabar ia meladeni teriakan dede yang minta pelayanannya.
Wanita yang namanya diagungkan Rasulullah SAW itu, tak pernah marah atau kesal. Sebaliknya dengan segenap cinta yang dimilikinya ia berujar, "aa sudah besar, bantu mama ya."

Ingin sekali kutanyakan, pernahkah ia berkesah?

***
Kini, setelah 19 tahun ia lakukan semua itu, setelah bertampuk-tampuk doa dan selaut tangisnya di hadapan Allah, saya tak pernah, dan takkan pernah bertanya apakah ia begitu lelah. Karena saya teramat tahu, bahwa Ibuku tangguh!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar